Klik untuk memperbesar
Banyak perjalanan yang bermuara pada tujuan yang sama yaitu mencetak pengalaman, pembedanya hanya cara kita mengeksplorasinya menjadi kenangan yang manis atau tidak saat dikenang esoknya.
.jpg) |
Terminal Kampung Rambutan, pkl 22.00 |
Tunaikan kewajiban dulu lalu setelah itu kita boleh menuntuk hak, seperti itulah yang biasa disampaikan para ahli ulama di tipi-tipi swasta yang saya dengar..begitupun halnya dengan kewajiban saya sebagai mahasiswa abadi untuk menunaikan kewajiban mengikuti kuis pada malam sebelum keberangkatan ke Gede. Dengan cemas takut akan ketinggalan Bis, waktu menunjukkan pukul 22.00 saya berangkat dari Radio Dalam menuju Condet untuk bertemu pasukan lainnya yang ingin naik gunung juga. Setelah tiba di Condet kami langsung bergegas menuju terminal Kampung Rambutan dengan menaiki mobil Pickup bersama kurang lebih 16 orang plus carrier bawaannya yang kira-kira seukuran karung beras..sempit sudah pastinya dan mencekam tentunya, bisa dirasakan kan bagaimana sensasinya..:D
.jpg) |
Persiapan sebelum naik, gunung putri pkl 04.00 |
Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, begitulah tulisan yang terlihat lumayan berukuran besar melingkari jalan setapak saat saya sampai, walaupun ini untuk kedua kalinya saya melipir kesini tapi masih saja terasa asing bagi saya, maklum terakhir saya menginjak bebatuan ini sekitar delapan tahun yang lalu.
 |
Menyelusuri hutan |
"Dan antara ransel - ransel kosong dan api unggun yang membara aku terima ini semua
melampaui batas - batas hutanmu, melampaui batas - batas jurangmu.
Aku cinta padamu Pangrango. Karena aku cinta pada keberanian hidup."
-Soe Hok Gie-
 |
pkl 12.20 |
Ketika langkah terhenti oleh nyanyian perut yang semakin mengerucut, kami istirahat untuk memakan makanan seadanya untuk mengisi amunisi tenaga yang sudah habis setelah berjalan vertikal sebelumnya kurang lebih empat jam, dan kami baru dalam setengah perjalanan.
 |
Alun-alun Surya kencana |
"Bukan kualitas lidah tentang apa yang kita ucap, atau tentang telinga dengan apa yang kita dengar, tetapi tentang mata bagaimana kita memandang keindahan bunga edelweis atau hamparan hijau yang merambati bukit." J'soegi
Setelah berfoto-foto menikmati surya kencana kami mendirikan tenda di sekitar alun-alun barat surya kencana.
 |
Ngecamp di suya kencana |
Tersenyumlah, walau hanya secangkir air yang diteguk..di dalam hangatnya tenda kita bersama merintih dalam kebekuan padang Surya Kencana
Dan malam harinya kami bersiap melanjutkan perjalanan menuju puncak sekitar pukul 22.00. Di dalam perjalanan menuju puncak sangat terasa berat sekali, sesekali kita harus berhenti melangkah untuk mengatur pernapasan karena kami harus berebut oksigen dengan tumbuhan di hutan ini (karena Pada malam hari, ketika tumbuhan tidak mendapatkan cahaya yang cukup
untuk berfotosintesis dan mengubah CO2 menjadi O2, maka tanaman akan
mengambil O2 untuk respirasinya sendiri...Jadi dengan kata lain, kita berebut oksigen dengan si tumbuhan tersebut) Hari pun sudah berganti setelah detik melewati pukul 00.00 barusan, dan tanggal 21 April sudah kami tepat berada di Puncak Gede, itu artinya tepat 134 tahun yang lalu Ibu kita Kartini lahir, dan diperingati sebagai lahirnya gerakan emansipasi perempuan di Indonesia.
.jpg) |
21 April, Puncak Gede |
Banyak juga perempuan-perempuan atau kartini modern yang ikut mendaki, entah ada yang dalam moment Kartinian ataupun memang mendaki saja karena memang sudah menjadi kebiasaan dalam komunitasnya. Sayang saya tak sempat memotretnya karena baterai sudah terlanjur habis, tetapi saya sempat mendokumentasikannya dalam bentuk video melalui handycam yang saya bawa, berhubung belum rampung editingnya jadi belum bisa di upload, nanti sesekali waktu saya akan mengerjakannya.